Halaman

Rabu, 27 Januari 2021

Komunitas Dongeng Dakocan, Dari Menghibur Hingga Mewariskan Budaya Sastra

Bandarlampung - publiklampung.com -- Dongeng ialah sebuah cerita yang tidak benar-benar terjadi atau biasa kita sebut dengan cerita khayalan. Dongeng biasanya mempunyai sifat menghibur dan mengandung nilai pendidikan.

Dibalik itu, Dongeng dapat dijadikan sebagai salah satu metode belajar yang baik dan efektif. Karena, selain menghibur, dongeng juga dapat mendorong kecerdasan anak, sekaligus sarana mewariskan budaya sastra tutur kepada generasi penerus.

Sayangnya, di era modern ini, dongeng telah menjadi barang langka di kehidupan para anak-anak.

Untuk mengisi ruang kosong perdongengan yang belakangan ini telah ditinggalkan, seniman yang ada di Lampung, Iin Muthmainnah Zakaria dan Ivan Sumantri Bonang membentuk suatu komunitas bernama Komunitas Dongeng Dakocan sejak 28 November 2002 silam. Tanpa disangka, pada tahun 2015 tanggal terebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Dongeng Nasional untuk mengenang hari kelahiran Legenda Dongeng bapak Drs. Suyadi atau yang dikenal sebagai Pak Raden.

Iin yang pada saat itu merupakan seorang penggiat seni di bidang pertunjukan teater dan sastra beranggapan bahwa dongeng adalah salah satu cabang seni yang bisa digeluti tanpa harus mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.

“Dari sekolah saya memang sudah terlibat dalam dunia pertunjukan teater dan sastra. Namun, saat setelah  menikah dan punya anak, latihan sudah tidak bisa, karena membutuhkan waktu yang sangat banyak. Kemudian, ketika melihat teman mendongeng, baru terfikir ternyata dengan cara mendongeng inilah saya bisa tetap berdekatan dengan dunia anak-anak namun tidak menghilangkan dunia panggung. Jadi dongeng menjadi kendaraan bagi saya untuk dapat tetap eksis di dunia pertunjukan seni peran,” ujarnya, kamis (28/1).

Iin menjelaskan bahwa nama Dakocan merupakan usulan dari seorang rekannya, kemudian dipakai sebagai nama komunitas ini karena Dakocan merupakan mainan anak-anak pada zaman dahulu dengan harapan dapat menghidupkan kembali nama permainan zaman dahulu yang sudah hilang termakan zaman.

Dalam perjalanannya nya selama 19 tahun, Iin menceritakan jika Komunitas ini telah membagi 15 tahun program. Program di tahun pertama hingga tahun ke-5 digunakan sebagai sarana sosialisasi dengan cara melakukan dongeng keliling ke 22 sekolah TK sembari melakukan riset kuisioner kepada orang tua atau guru untuk melihat kedudukan dongeng dimata mereka. 

“Dari 1000 kuisioner, kita menganalisa ternyata dari sekian banyak yg mengisi, mereka tidak menganggap bahwa dongeng itu penting. Namun, saat ditanya, mereka tau soal dongeng, pernah dibacakan dongeng sewaktu kecil. Maka kami beranggapan bahwa dongeng yang diceritakan akan melekat sampai mereka dewasa, dari sini kita dapat pijakan bahwa dongeng harus kembali kita sosialisasikan lagi.” Ungkapnya

Lima tahun berikutnya, Komunitas ini merambah menuju pelatihan kepada guru TK/Paud.  5 tahun berikutnya, pada tahun ke 15, Komunitas Dongeng Dakocan mencoba untuk mengajak banyak ibu, komunitas, atau masyarakat lainya sehingga mereka minat untuk bergabung dan mengikuti gerakan ini secara sukarela.

Pada tahun 2007 hingga 2021 saat ini, lebih dari 9000 masyarakat yang telah mengikuti pelatihan dongeng bersama Komunitas Dongeng Dakocan. Tak hanya berdongeng, Komunitas Dongeng Dakocan juga mengajak anak-anak untuk bermain peran dalam drama kolosal yang mengangkat berbagai macam kisah yang telah diadaptasi ke cerita anak-anak. Sebelumnya anak-anak akan diperintahkan untuk mendengarkan dongeng terlebih dahulu sebelum memainkan perannya.

Iin berharap, Saat ini masyarakat dapat melestarikan dan mengembangkan dongeng-dongeng di Indonesia agar kelak Indonesia dapat kembali menjadi sorotan melalui cerita rakyatnya yang berkembang.

“Dongeng kan tidak hanya bicara soal hiburan dan mengajarkan nilai, dongeng juga bicara soal budaya, kita mengajarkan budaya bisa lewat dongeng. Maka kita ingin gerakan dongeng ini bukan hanya terjadi di sekolah, atau di pendidikan, tapi juga diranah pendidikan dan masyarakat. Artinya  mari sama-sama melihat dan membangun Indonesia melalui cerita-cerita rakyat yg kita punya. Sehingga, Indonesia bisa kembali menjadi sorotan lewat cerita rakyat yang berkembang. Cerita-cerita itu tidak mungkin bisa didengar jika tidak diceritakan. Jadi pesanku hanya mari sama sama mendongeng, boleh melalui media apapun, bisa Instagram, Youtube, Podcast, Facebook, apapun bisa, " ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa perbedaan HKI dan Paten dalam Penemuan Bidang Teknologi

  Kita mungkin sudah tidak asing dan sering mendengar kata hak cipta dan hak paten. Meskipun sudah familiar dengan paten dan cipta, masih ba...